Jumat, 22 Oktober 2010

PEREMPUAN

Ga bermaksud sok tahu (apalagi aq sebenarnya belum menikah,, wkwkwk..), tp ini adalah cerita yang sudah lama ingin kutulis.
Kenapa judulnya "Perempuan"?
Karena tokoh utamanya adalah perempuan.
Dan karena itu juga, yang dituliskan di sini adalah perasaan seorang perempuan.
Berbagai hal yang terjadi, pikiran-pikiran yang berkecamuk dalam dirinya sesaat sebelum ia bertemu dengan Yesus.
Yup, tokoh perempuan ini adalah yang kedapatan berzinah dan dibawa ke depan Yesus oleh para kaum Farisi.

Setiap kali aku mengingat kesedihan dan rasa maluku karena dosa, entah mengapa bayangan tentang wanita ini selalu muncul.
Mungkin karena kami mengalami hal yang sama (well, ga terlalu sama sih, karena, sekali lagi, I'm not married yet).

Rasa malu kepada diri sendiri, benci mengingat kesalahan yang telah dilakukan, penyesalan karena perbuatan yang tidak seharusnya dilakukan, takut akan kehilangan orang-orang yang dicintai karena kesalahan itu, kecewa dengan ketidakmampuan diri menghadapi godaan, dan segala perasaan negatif yang timbul akibat perbuatan dosa itu.

Sedikit banyak aku mengambil bagian diriku ke dalam hidup wanita itu. Betapa berat dan pedihnya perasaan bersalah yang ia miliki. Dan saat itupun, tidak ada seorangpun yang tahu dan mengerti apa yang dia rasakan kecuali Tuhan. Dan ia ingin dibebaskan dari keputusasaan yang membelenggunya. Sekalipun mungkin ia tidak menyadarinya. Karena ia tahu, yang menyambutnya di depan adalah kematian. Karena hukum Taurat mengharuskan wanita yang berselingkuh untuk dilempari batu hingga mati. Dan ia menerima itu dengan lapang karena tahu, perbuatannya tidak dapat dimaafkan.

Oleh karena itu, mohon dimengerti jika tulisan ini begitu berantakan dan penuh dengan emosi negatif. Well, I'm not done yet. So, tolong jangan berhenti membaca dan berharap. Karena akupun sebagai pengarang, tidak ingin cerita ini berakhir begitu saja. Sama seperti Tuhan. Mungkin Dia mengijinkanmu mengalami hal yang luar biasa buruk hingga kau mengharapkan kematian menjemputmu. Tapi, ingatlah, selama kau masih hidup, Ia tidak akan membiarkanmu begitu saja. Sama sepertiku, Iapun menginginkan akhir yang bahagia dalam hidupmu :)

Weleh, kata pembukanya kok jadi sepanjang ini, ya?
Yo weis, silakan ke halaman blog yang berikutnya.
Marii...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar